MAKALAH PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK PADA PROSES BELAJAR SISWA
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Manusia sangat erat kaitannya dengan berbagai bentuk
perkembangan, yang melingkupi perkembangan internal maupun eksternal. Berbicara
mengenai perkembangan internal, secara langsung akan mengarah pada perkembangan
segala hal yang menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan diri manusia
itu sendiri, hal yang paling terlihat pada proses perkembangan tersebut adalah
perkembangan fisik seseorang, dimana hormon-hormon, otot-otot dalam tubuh
sangat besar pengaruhnya dalam proses perkembangan tersebut dan hasilnya
perubahan ukuran fisik yang sangat
nampak.
Perubahan fisik tersebut dalam perkembangannya berdampak bagaimana
fisik dapat melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kemampuan fisiknya
bahkan keterampilan seseorang juga bisa berkembang dengan baik karena pengaruh
otot-otot tersebut, seperti menulis, melukis, berlari, dan sebagainya dan itu dapat
disebut dengan berkembangnya psikomotorik seseorang.
Mengembangkan psikomotorik pada diri sesorang dapat dilakukan
dengan banyak hal, dapat dengan berlatih sendiri ataupun dengan bimbingan orang
lain seperti guru, dalam dunia pendidikan seorang guru juga dituntut untuk bisa
mengembangkan keterampilan para peserta didiknya serta mengarahkannya pada
sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan.
Tetapi, seberapa besar pengaruh perkembangan psikomotorik seseorang
dalam kemampuan belajar seorang siswa, bagaimana mengembangkan psikomotorik
seorang siswa serta apakah ada hal-hal yang menghambat perkembangan
psikomotorik siswa sehingga tidak berkembang semestinya? Melalui makalah ini
akan dibahas mengenai hal-hal yang mempengaruhi perkembangan psikomotorik dalam
proses belajar siswa.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1)
Apa
pengertian psikomotorik secara umum?
2)
Bagaimana
cara mengembangkan kemampuan psikomotorik seseorang?
3)
Bagaimana
pengaruhnya dalam proses belajar siswa?
1.3 TUJUAN
1)
Mengetahui
pengertian perkembangan psikomotorik secara umum.
2)
Mengetahui cara mengembangkan kemampuan psikomotorik
seseorang.
3)
Mengetahui
pengaruh perkembangan psikomotorik dalam proses belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
PSIKOMOTORIK
Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk
pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga
gerakan-gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya
(pengeluaran cairan/getah). Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai
segala keadaan yang meningkatkan/menghasilkan stimulasi atau rangsangan
terhadap kegiatan organ-organ fisik.[1]
Perkembangan motor (motor develpment), yakni proses perkembangan
yang progresif da berhubunga dengan perolehan angka ragam keterampilan fisik
anak (motor skill).[2]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Psikomotorik adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses
mental dan psikologi.[3]
Menurut
Staton yang dikutip dalam buku Sagala, S. (2010:12) yang berjudul Konsep dan
Makna Pembelajaran, Psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan
keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Sedangkan menurut Djemari M ( 2004 :
4-5 ) dalam bukunya yang berjudul Penyusunan Tes Hasil Belajar, Keterampilan
psikomotorik berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi
antara syaraf dan otak.
2.2 PERKEMBANGAN PERILAKU PSIKOMOTORIK
Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional
antara neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif,
afektif, dan konatif).[4]
Loree (1970:75) menyatakan bahwa ada dua macam perilaku
psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap individu
pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan
memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini
merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang
kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).[5]
Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk
perilaku psikomotorik ialah (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang
sederhana kepada yang kompleks, dan (2) dari yang kasar dan global (gross
bodyli movements) kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan
(finely coordinated movements).
1.
Berjalan
dan memegang benda
Keterampilan berjalan diawali dengan gerakan-gerakan psikomotor
dasar (locomotion) yang harus dikuasainya selama tahun pertama dari
kehidupannya. Perkembangan psikomotorik dasar itu berlangsung secara
sekuensial, sebagai berikut : (1) keterampilan bergulir (roll over) dari terlentang menjadi telungkup (5:8
bulan), (2) gerak duduk (shitt up) yang bebas (8,3 bulan), (3) berdiri bebas (9
bulan) berjalan dengan bebas (13,8 bulan) (Loree, 1970:75).
Dengan demikian, maka dalam
gerakan-gerakan psikomotorik dasar itu tingkatkan perkembangan penguasaannya
sudah dapat diprediksi. Kalau terjadi kelambatan-kelambatan dari ukuran
normalitas waktu diatas berarti menandakan adanya kelainan tertentu.
Keterampilan memegang benda, sampai
dengan enam, bulan pertama dari kelahirannya barulah merupakan gerakan meraih
benda-benda yang ditarik ke dekat badannya dengan seluruh lengannya. Baru mulai
pada masa enam bulan kedua dari kelahirannya, jari jemarinya dapat berangsur
digunakan memungut dan memegan erat-erat benda, seraya memasukan ke mulutnya.
Keterampilan memegang secara bebas baru dicapai pula setelah keterampilan berjalan
bebas dikuasai.[6]
2.
Bermain
dan Bekerja
Dengan dikuasainya keterampilan
berjalan, anak bergerak sepanjang hari kesegenap ruangan dan halaman rumahnya
seperti tidak mengenal lelah, kadang-kadang berjalan, berlari, memanjat,
melompat, dan sebagainya. Hampir setiap benda yang ada disekitarnya
disentuhnya, diguncang, diribek, atau dilemparnya. Kalau kepada mereka
diberikan atau disediakan alat-alat mainan tertentu mulai lah mereka menyusunya
menyerupai konstruksi tertentu.
Mulai usian 4 sampai 5 tahun bermain
konstruksi yang fantastik itu dapat beralih keapa berbagai bentuk gerakan
bermain yang ritmis dan dinamis tetapi belum terikat dengan aturan-aturan yang
ketat.
Pada usia masa anak sekolah, permainan
fantastik berkembang kepada permainan yang realistik yang melibatkan
gerakan-gerakan yang lebih kompleks disertai aturan-aturan yang ketat.
Pada usia remaja kegiatan motorik sudah
tertuju kepada persiapan-persiapan kerja, keterampilan-ketampilan menulis,
mengetik, menjahit, dan sebagainya sangat tepat saatnya mulai dikembangkan.[7]
3.
Proses
Perkembangan Motorik
Disamping faktor-faktor hereditas, faktor-faktor
lingkungan alamiah, sosial, kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan
latihan merupakan hal-hal yang sangat terpengaruh terhadap proses dan produk
perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik. [8]
Proses pekembangan fisik anak berangsung
kurang lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak lahir. Semburan
perkembangan (spurt) terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12
atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung,
bebrapa bagian jasmani, seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam rahim
berkembang tidak seibang (tidak secepat badan dan kaki), dimulai menunjukkan
perkembangan yang cukup berarti hingga bagian-bagian lainya yang matang.[9]
Menurut Gleitman (1987) ada dua
jawaban pokok mengenai bekal apakah yang dibawa anak yang baru lahir sebagai
dasar perkembangan kehidupannya selama di dunia, yaitu: 1) bekal kapasitas
motor (jasmani); dan 2)bekal kapasitas pancaindera (sensori).
Mula-mula seorang anak yang baru
lahir hanya memiliki sedikit sekali kendali terhadap aktivitas-aktivitas
alat-alat jasmaninya. Setelah berusia empat bulan, bayi itu sudah mulia mampu
duduk dengan bantuan sangaan dan dapat pula meraih dan mengenggam benda-benda
mainannya yang sering hilang dari pandangannya. Kini ia telah memiliki “grasp
reflex” yakni gerakan otomatis untuk mengenggam. Inilah refleks primitif (yang
ada sejak lahir) yang diwariskan nenek moyangnya tanpa perlu dijalani.[10]
Semua kapasitas yang dibawa anak
dari rahim ibunya baik kapsitas jasmani maupun kapasitas rohani, seperti yang
penyusun utarakan tadi adalah modal dasar yang tampak segera berfaidah bagi
klanjutan perkembangan anak tersebut. Di sisi lain, proses pendidikan dan
pengajaran (khususnya di sekolah) merupakan pendukung yang sangat berarti bagi
perkembangan motor atau fisik anak, terutama dalam hal perolehan
kecakapan-kecakapan psikomotor atau ranah karsa anak tersebut.
Ketika anank memasuki sekolah dasar
atau ibtidaiyah pada umur enam atau tujuh tahun sampai dua belas atay tiga
belas tahun, perkembangan fisiknya mulai tampak benar-benar seimbang dan
proporsional. Artinya, organ-organ jasmani tumbuh serasi dan tidak lebih
panjang atau lebih besar dari semetinya. Misalnya, ukuran tangan kanan tidak
lebih panjang daripada tangan kiri atau ukurna leher tidak lebih besar daripada
ukuran kepala yang disangganya.[11]
Gerakan-gerakan organ tubuh anak
juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya keberanian mentalnya.
Contoh : jika dalam usia balita atua seusia TK tidak berani naik sepeda atau
memanjat pohon dan melompati pagar, pada usia sekolah ia akan menunjukkan
keberanian melakukan itu. Keberanian dan kemampuan ini, di samping karena
perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan oleh adanya keseimbangan dan
keselarasan gerakan organ-organ tubuh anak. Namun, patut dicatat bahwa
perkembangan kemampuan fisik anak itu kurang berarti dan tak bisa meluas
menjadi keterampilan-keterampilan psikomotor yang berfaidah tanpa usaha
pendidikan dan pengajaran.[12]
Gerakan-gerakan motor siswa akan
terus meningkat keanekaragaman, keseimbangan, dan kekuatannya ketika ia
menduduki bangku SLTP dan SLTA. Namun, peningkatan kualitas bawaan siswa ini
justru membawa konsekuensi sendiri, yakni perlunya pengadaan guru yang lebih
piawai dan terampil. Kepiawaian gurur
dalam hal ini bukan hanyan yang menyangkut cara melatih keterampilan para
siswa, melankan kepiawaian para yang berhubungan dalam menyampaikan ilmu
tentang alasan dan cara keterampilan tersebut dilakukan.
Belajar keterampilan fisik (motor
learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila isa telah
memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan lengan
(seperti menggambar) dan tungkai (seperti berlari) secara baik dan benar. Untuk
belajar memperoleh kemampuan keterampilan jasmani ini, tidak hanya cukup dengan
latihan dan praktik, tetapi juga memerlukan kegiatan perceptual learning
(belajar berdasarkan pengamatan) atau kegiatan sensory-motor learning (belajar
keterampilan indriawi-jasmani).[13]
Dalam kenyataan sehari-hari, cukup
banyak keterampilan indriawi-jasmani yang rumit dan karenanya memerlukan upaya
manipulasi (penggunaan secara cermat), koordinasi, dan organisasi rangkaian
gerakan tepat, umpamanya keterampilan bermain piano. Dlam mamainkan piano,
seorang pianis bukan hanya melakukan sejumah gerakan terpisah begitu saja,
melainkan juga menggunakan proses yang telah direncanakan dan dikendalikan
secara internal oleh fungsi ranah ciptanya,sehingga gerakan itu menghasilkan
suara merdu.[14]
Demikian pula
keteramplila-keterampilan lainnya (yang bagi sebagian orang tidak serumit
bermain piano sepert menulis, menggambar, dan mendemostrasikan kecakapan
praktis seperti olahraga atau menari dan sebagainya, semuanya membutuhkan
proses ranah cipta. Sebab kinerja jasmani (physical performance) dalam aktivitas-aktivitas
tersebut hanya akan bermutu baik apabila pelaksanaannya disertai dengan
keterlibatan fungsi ranah cipta atau akal. Hal ini mengingat pola-pola gerakan
yang cakap dan terkoordinasi itu tak dapat tercapai dengan baik semata-mata
dengan mekanisme sederhana, tetapi dengan meggunakan proses mental yang sangat
kompleks. (HOWE,1980)[15]
Demikian besarnya ketergantungan
kinerja keterampilan jasmani tersebut pada keterlibatan ranah cipta terbukti
dengan sering munculnya kekeliruan siswa malas berfikir dalam hal menulis,
menggambar, dan memeragakan keterampilan fisik tertentu. Dengan demikian hampir
dpat dipastikan bahwa apabila sebuah aktivitas keterampilan jasmani
seseorang(siswa), sepeti meyalin pelajaran, dilakukan secara otomatis tanpa
perhatian fungsi ranah cipta yang memadai, walaupun ia sudah biasa karena
sering melakukannya, kesalahan mungkin akan terjadi.
Sehubungan dengan hal itu, motor
skill (kecakapan-kecakapan jasmani) perlu dipelajari melalui aktivitas
pengajaran dan latihan langsung, bisa juga melakukan pengajaran teori-teori
pengetahuan yang bertalian dengan motor skills itu sendiri. Aktivitas latihan
perlu dilaksanakan dengan bentuk praktik yang berulang-ulang oleh siswa,
termasuk praktik gerakan-gerakan yang salah dan tidak dibutuhkan, sehingga
siswa memahami bagian yang keliru dan dapat segera melakukan perbaikan. Akan
tetapi, dalam praktik itu hendaknya dilibatkan pengetahuan rabah akal siswa.
Praktik yang memadai terhadap teknik dan patokan kinerja yang diperlukan, tak
dapat dipandang bernilai dan hanya ibarat orang yang hanya sedang
beramai-ramai.
Ada empat faktor yang mendorong
kelanjutan perkembangan motors skill anak yang juga memungkinkan campur tangan
orang tua dan guru dlam mengarahkannya, yaitu 1). Pertumbauhan dan perkembangan
sistem syaraf ;2). Pertumbuhan otot-otot;3). Perkembangan dan pertumbuhan
fungsi kelenjar endokrin; dan 4). Perubahan struktur jasmani.[16]
Pertama, pertumbuhan dan perkembangan syaraf (nervous system). Sistem
syaraf adalah organ halus dalam tubuh yang terdiri atas struktur jaringan
serabut yang sangat halus yang berpusat di central nervous system, yakni pusat
sistem jaringan syaraf yang ada di otak (Reber,1988). Pertumbuhan syaraf dan
perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan
mendorongtimbulnya pola-pola tingkah laku baru. Semakin baik perkembangan
kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beraneka ragam pula
pla-pola tingkah laku yang dimilikinya.
Namun uniknya, berbeda dengan organ
tubuh lainnya, organ syaraf apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi.
Kedua, pertumbuhan otot-otot. Otot adalah jarian sel-sel yang dapat
berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang
memiliki daya mengkerut (contractile unit). Di antara fungsi-fungsi jaringan
pembuluh yang mendistribusikan sari makanan (Reber,1988). Peningkatan tonus
(tegangan otot) ana dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam
kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini tampak sangat jelas pada anak
yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak
tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan
tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.
Ketiga, perkembangan dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin
(endocrine glands). Kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan cairan atau
getah, seperti kelenjar keringat. Sedang kelenjar endokrin secara umum
merupakan kelenjara dalam tubuh yang memproduksi hormon yang disalurkan ke seluruh
bagian dalam tubuh melauinaliran darah. Berubahnya fungsi kelenjar-kelenjar
endokrin seperti adrenal (kelenjar endokrin yang meliputi bagian atas ginjal
dan memproduksi bermacam-macam hormon termasuk hormon seks), dan kelenjar
piutary (kelenjar di bagian bawah otak yang memproduksi dan mengatur berbagai
hormon termasuk hormon pengembang indung telur dan sperma), juga menimbulkan
pola-pola baru tinkah laku anak ketika menginjak remaja. Perubahan fungsi
kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah
laku seseorang terhadap lawan
jenisnya. Perubahan ini dapat berupa seringnya melakkan kerja sama dalam
belajar dan berolahraga, berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain
perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian lawan jenis.
Keempat, perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak akan
semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi (perbandingan
bagian) tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan potor skills anak. Kecepatan
berlari, kecekatan bergerak, kecermatan meyalin pelajaran, keindahan melukis,
dan sebagainya akan terus meningkat seiring dengan proses penyempurnaan
struktur jasmani siswa. Perubahan perubahan fisik seorang siswa juga tampak
pada sikap dan perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu
sendiri mengubah konsep diri (self concept) siswa tersebut.[17]
2.2.1
Tahapan
Tahapan Meningkatkan kemampuan psikomotorik anak[18]
1. Tahap
kognitif
Tahap ini
ditandai dengan adanya gerakan gerakan yang kaku dan lambat. Hal tersebut
terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam tarf belajaruntuk mengendalikan
geraka gerakanya. Dia harus berfikir sebelum melakukan suatu gerakan, pada tahap
tersebut siswa sering membuat kesalahandan kadang terjadi tingkat frustasi yang
tinggi.
2. tahap
Asosiatif
Pada tahap
ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk
memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang
sedantg dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam
tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotorik oleh karena itu gerakan
gerakan da;lam tahap ini belum menjadi gerakan yang bersifat otomatis.
Pada tahap ini siswa ataupun anak masih menggunakan pikiranya untuk melekukan
suatu gerakan, tetapi waktu yang diperlukan untuk berfikir lebih sedikit
dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Gerakan gerajanya sudah
tidak kaku kerena waktu yang dipergenakan untuk berfikir lebih pendek.
3. tahap
otonomi
Pada tahap
ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomo yang tinggi proses belajarnya
sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat memperbaiki gerakan garakan yang
dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena siswa sudah tidak
memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan gerakan. Pada tahap ini
gerakan yang dilakukan secara spomtan oleh karenanya gerakan yang dilakukan
juga tidak mengharuskan pembelajaran untuk memikirkan tentang gerakanya.
Ketiga tahapan tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan teknologi dasar
yang ada giliranya siswa tidak lagi memerlukan kehadiran instruktur ketika
terjun kemasyarakat.
2.2.2 Stimulasi
yang Dapat Diberikan Sebagai Upaya Meningkatkan Potensi Perkembangan
Psikomotorik Anak[19]
Tumbuh
kembang potensi kemampuan psikomotorik anak, juga memerlukan stimulasi
stimulasi guna tercapai pengoptimalanya.
Pada anak anak dapat dilakukan stimulasi diantaranya :
Diberikan dasar dasar ketarmpilan untuk menulis dan menggambar
1) Ketrampilan berolah raga atau menggunakan alat
olah raga
2) Gerakan geraka permainan, seperti melompat
memanjat dan berlari
3) Baris berbaris secara sederhana
4) Gerakan gerakan ibadah sholat
Peningkatan potensi psikomotorik anak akan lebih
teroptimalkan jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk
bergerak secara bebas. Kegiatan diluar ruangan bisa menjadi pilihan
terbaik karena dapat memberikan stimulasi perkembangan otot.
( Cri 1997) jika kegiatan anak dala ruangan, pemaksimalan ruangan dapat disajikan
strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari
melompat dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan cara cara yang tidak
terbatas, selain itu penyediaan alat bermain diluar ruangan bisa mendoromg anak
untuk meningkatkan koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuhnya, stimulasi
stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan kemampuan psikomotorik kasar.
Sedangkan koordinasi, fisik dan stamina secara bertahap bisa dikembangkan secara
sendiri.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara
anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air mengambil dan mengumpulkan batu
batu, dedaunan atau benda kecil lainya, dan bermain permainan luar ruangan
seperti kelerang, peningkatan potensi kemampuan psikomotorik halus ini
merupakan modal dasar untuk menulis.[20]
4. PENGARUH PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK
TERHADAP PROSES BELAJAR FISIKA SISWA
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamentak dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah
semata-mata mengumplkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/materi pelajaran. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang
memandang belajar sebagai peltihan belaka yang tampak pada pelatihan membaca
dan menulis.
Dala KBBI belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.
Fisika
adalah sains percobaan. Fisikawan mengamati fenomena alam dan mencoba menemukan
pola untuk menghubungkan fenomena ini.[21]
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari segala sesuatu yang diamati dengan indra. Penelitian tentang
pembelajaran fisika menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran
menjadi menarik dan mempengaruhi prestasi belajar siswa yang tinggi. Salah
satunya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa
terlibat mengamati, mengoperasikan alat dan berlatih menggunakan objek
kongkrit.[22]
Para ahli pendidikan sains juga memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta,
konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau
proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam
yang belum diterangkan. Secara garis besar sains dapat didefenisikan atas tiga
komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah.
Jadi proses atau keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian studi
sains, termasuk materi bidang studi yang harus dipelajari siswa. Fisika
merupakan proses dan produk. Proses yang dimaksud di sini adalah proses melalui
kerja ilmiah, yaitu: kritis terhadap masalah, sehingga peserta didik mampu
merasakan adanya masalah, mengembangkan hipotesis atau pertanyaanpertanyaan,
merancang percobaan atau melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan dan
menarik kesimpulan.Produk-produk dalam IPA adalah konsepkonsep, azas, prinsip,
teori dan hukum. Proses melalui kerja ilmiah ini dapat dikembangkan oleh guru,
antara lain melalui pendekatan keterampilan proses sains.[23]
Pendekatan keterampilan proses sains melibatkan
keterampilanketerampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang sebenarnya telah ada dalam
diri siswa. Pendekatan keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang
mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan
sikap dan nilai.[24]
Kelebihan pendekatan keterampilan proses sains ini mempunyai kelebihan dapat
membantu siswa belajar mengembangkan fikirannya, melakukan penemuan,
meningkatkan daya ingat, memberikan kepuasan intrinsik danmembantu mempelajari
konsep-konsep sains.[25]
Seperti halnya fisika dimana banyak sekali pembuktian
atau eksperimen (praktikum) yang dilakukan untuk merumuskan suatu persamaan
yang ada, dimana siswa sangat dituntut untuk cakap dalam proses tersebut,
keterampilan dalam penggunaan alat menjadi dasar utama seorang siswa dalam
melakukan suatu eksperimen percobaan, karena dengan adanya kecakapan tersebut
hasil yang didapat dalam eksperimen pun akan maksimal.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan Psikomotorik. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik
yang berkaitan dengan proses mental. Perkembangan psikomotorik adalah
perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi dan otot. Dimulai dari
gerakan-gerakan kasar yang melibatkan bagian-bagian besar dari tubuh dalam
fungsi duduk, berjalan, berlari, melompat dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan
dengan koordinasi halus yang melibatkan kelompok otot-otot halus dalam fungsi
meraih, memegang, melompat dan kedua-duanya diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Perkembangan Psikomotorik Dua prinsip perkembangan utama yang
tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah: Pertama, bahwa
perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks. Kedua,
yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik
tetapi terkoordinasikan. Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku
psikomotorik utama yang bersifat universal yang harus dikuasai oleh setiap
individu pada masa bayi atau awal masa kanak- kanaknya yaitu berjalan dan memegang
benda. Kedua jenis keterampilan ini merupakan basis bagi perkembangan
keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain
dan bekerja.
Peningkatan potensi psikomotorik anak akan lebih teroptimalkan jika
lingkungan tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak secara bebas.
Kegiatan diluar ruangan bisa menjadi pilihan terbaik karena dapat
memberikan stimulasi perkembangan otot.
( Cri 1997) jika kegiatan anak dala ruangan, pemaksimalan ruangan dapat
disajikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk
berlari melompat dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan cara cara
yang tidak terbatas. Untuk mengembangkan potensi
kemampuan psikomotorik anak diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, dan
yang paling penting pada saat masa anak anak adalah orang tua, kemampuan
psikomotorik hanya bisa dikembangkan dengan latihan latihan yang menuju kearah
mengembangkan kemampuan anak. Hal ini memerlukan rangsangan dari lingkungan
sekitar anak agar perkembangan potensi kemampuan psikomotorik anak bisa
optimal.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran fisika, psikomotorik sangat
berpengaruh terhadap pembuktian suatu hal, dalam fisika terdapat banyak media
yang digunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya praktikum atau
melakukan percobaan demi pembuktian suatu teori yang telah ada. Dalam konteks
ini skill sangatlah berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai pada akhir
percobaan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Conny
Semiawan,dkk,Pendekatan Keterampilan Proses,Jakarta :Gramedia,1992
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru.Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2011
Syamsudin,
Abin. Psikologi Kependidikan. Bandung:Pt Remaja Rosdakarya.2007
Supriyono Koes H, Strategi Pembelajaran
Fisika, Malang : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang, 2003
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu,Jakarta:Bumi Aksara, 2010
Kbbi.
[1] Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011)hal 59
[2] Ibid,
[3] kbbi
[4]
Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan. (Bandung:Pt Remaja
Rosdakarya.2007) hal 97
[5] Ibid, hal 97
[6] Abin
Syamsudin. Psikologi Kependidikan. (Bandung:Pt Remaja Rosdakarya.2007)
hal 98
[7] Ibid,
hal 98
[8] Ibid,
[9] Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011)hal 59
[10] Ibid,
hal 60
[11] Ibid,
hal 61
[12]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2011)hal 61
[13] Ibid,
hal 61
[14] Ibid,
[15]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2011)hal 62
[16] Ibid,
hal 62
[17]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2011)hal 64
[18] http://stikeskharismakarawang.blogspot.co.id/2012/10/cara-meningkatkan-potensi-kemampuan.html
[19] http://stikeskharismakarawang.blogspot.co.id/2012/10/cara-meningkatkan-potensi-kemampuan.html
[20] http://stikeskharismakarawang.blogspot.co.id/2012/10/cara-meningkatkan-potensi-kemampuan.html
[21] Young
& Freedman 2014, hlm. 2
[22]
Supriyono
Koes H, Strategi Pembelajaran Fisika, Malang : Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Malang, 2003, h.3
[23]
Hamdiyati, Y
dan Kusnadi, Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Kerja Ilmiah Pada Matakuliah Mikrobiologi ,2006, h.1
[24]
Conny
Semiawan,dkk,Pendekatan Keterampilan Proses,Jakarta :Gramedia,1992,h.18
[25]
Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu,Jakarta:Bumi Aksara, 2010, h.148
Komentar
Posting Komentar