MAKALAH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Siswa akan melibatkan seluruh aspek kepribadiannya ,baik fisik maupun mental yang termanifestasi dalam perilaku belajarnya. Terjadinya belajar di ikuti dengan perubahan perilaku yang tampak,tetapi bukti adanya perubahan dalam sturktur mental juga dapat di tunjukkan (Hitipeuw,2009). Paparan teori academic engagement tersebut menunjukkan terjadinya academic engagement siswa dari proses aktivitas belajar. Prespektif ini kemudian dijadikan pijakan untuk meningkatkan academic engagement siswa melalui penerapan model pembelajaran yaitu model model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kenyataannya,penerapan model ini sangat menentukan dalam proses pencapaian academica engagement (Barkley,2010) . Arends (2007) mengungkapkan beragam model pembelajaran,yaitu pembelajaran kooperatif ,problem based learning ,dan diskusi. Sementara pembelajaran dalam konteks masalah yang kompleks,realistis dan multifaset memiliki keterlibatan yang tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang lain (Hawthorne,2008;Ahlfieldt,2005). Dengan demikian,problem-based  learning (PBL) dianggap untuk meningkatkan academic engagement siswa.

 

PBL merupakan model pembelajaran yang di rancang dengan memberikan masalah untuk diselesaikan(Arend,2017). PBL dimaknai sebagai pembelajaran yang secara esensial menyajikan berbagai masalah yang autentik dan bermakna (Arend,2007). Penerapan PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan kognitif dan menyelesaikan masalah melalui berbagai situasi riil atau disimulasikan dalam kelas.kolaborasi siswa dalam problem based learning dapat mendorong  penyelidikan dan dialog bersama dan pengembangan keterampilan berpikir dan ketrampilan sosial (Arends,2007).

 

PBL pertama kali diterapkandi dunia kedokteran (Barrows,1996).Tetapi pada proses perkembangannya model pembelajaran ini diterapkan pada berbagai disiplin ilmu,baik ilmu sains maupun sosial.

 

1.2   Rumusan Masalah

a.       Apa pengertian dari Problem Based Learning

b.       Bagaimana karakteristik Problem Based Learning

c.       Bagaimana langkah-langkah  Problem Based Learning

d.       Bagaimana penerapan model Problem Based Learning dalam fisika

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Problem Based Learning

Menurut Aeends Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang berorientasi untuk memecahkan masalah. Dalam proses PBL dilakukan secara kolboratif,dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terfasilitasi,sebagaimana mereka bekerja secara individu (McHarg,Kay,&Coombes,2011).

Menurut Silver (2004), PBL merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang fleksibel,keterampilan pemecahan masalah yang efektif,belajar mandiri,keterampilan kolaboratif yang efektif,dan motivasi intrinsik.

Menurut Aerends (1997) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi meningkatkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembeljaran yang lain,seperti  pembelajaran berdasarkan proyek,pembelajaran berdasarkan pengalaman ,belajar otentik dan pembelajaran bermakna.

PBL adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa sejak awal diharapkan pada suatu masalah kemudian di ikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student contered. Dan dari paparan di atas , PBL dimaknai sebagai suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menggunakan masalah riil atau masalah yang di simulasikan oleh guru sebagai dasar dalam penyampaian kandungan materi suatu mata pelajaran.[1]

2.2 Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

a.       Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b.      Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur

c.       Permasalahan membutuhkan prespektif ganda (multiple prespektive)

d.      Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar

e.       Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama

f.        Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM

g.      Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan koorperatif

h.      Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan

i.        Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar

j.        PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar

Studi kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :

a.       Penyajian masalah

b.      Menggerakkan inquiry

c.       Langkah – Langkah PBM

Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. (Tan, 2000).

Siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan ketrampilan secara bertahap dan berkesinambungan, PBM menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan ketrampilan melalui situasi atau , masalah yang disajikan di awal pembealajaran. Situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami prinsip, dan mengembangkan ketrampilan yang berbeda pembelajaran pada umumnya.

Problem Based Learning pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas MC Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan tentang situasi yang ada.

Karakteristik PBM dari Oon Seng Tan memiliki perbedaan dengan karakteristik PBM dari Ibrahim dan Nur (2000:5), yaitu :

a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah)

b.      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

c.       Penyelidikan autentik

d.      Menghasilkan produk atau karya yang kemudian dipamerkan

e.       Kerjasama[2]

Salah satu perbedaannya terletak pada konsep pengarahan diri dalam setiap tahapan PBM, sementara Ibrahim dan Nur tidak secara eksplisit mengemukakan pentingnya belajar pengarahan diri, tetapi lebih menitikberatkan pada kerjasama anggota kelompok untuk menemukan solusi masalah.

Pierce dan Jones (Howey, 2001:69) mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBM adalah :

a.       Keterlibatan (engagement)

Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama

b.      Inquiry dan investigasi

Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi

c.       Performasi

Menyajikan temuan

f.        Tanya jawab (debriefing)

Menguji keakuratan dari solusi

g.      Refleksi terhadap pemecahan masalah

Berbeda dengan Tan, Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci. Yaitu :

a.       Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah

b.      Belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata

c.       Menjadi para siswa yang otonom

PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan tentang fenomena itu.

Untuk mengimplementasikan PBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.

Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :

a.    Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.

b.    Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berfikir rasional siswa[3], yaitu kemampuan menganalisis sesuatu, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.

c.    Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

d.    Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dan kenyataan).

2.3 Langkah-langkah Problem Based Learning

Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002: 1) mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

a.       Orientasi siswa pada masalah

Pada tahap ini guru memiliki peran untuk menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

b.      Mengorganisasi siswa untuk belajar

Pada tahap ini guru memiliki peran untuk membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c.       Membimbing pengalaman individual/kelompok

Pada tahap ini guru memiliki peran untuk mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini guru memiliki peran untuk membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan menbantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

e.       Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada tahap ini guru memiliki peran untuk membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

            Menurut Forgarty (1997: 3) PBM dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur atau sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Langkah-langkah yang akan dilalui oleh seorang siswa dan PBM adalah :

a.       Menemukan masalah

b.      Mendefinisikan masalah

c.       Mengumpulkan fakta

d.      Pembuatan hipotesis

e.       Penelitian

f.        Rephrasing masalah

g.      Menyuguhkan alternative

h.      Megusulkan solusi[4]

David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah PBM melalui kegiatan kelompok, yaitu :

a.       Mendefinisikan masalah

Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

b.      Mendiagnosis masalah

Menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai factor baik factor yang bisa menghambat maupun factor yang yang dapat  mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan diskusi kelompok kecil.

c.       Merumuskan alternative strategi

Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahap ini setiap siswa didorong untuk berfikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.

d.      Menentukan dan menerapkan strategi pilihan

Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang harus digunakan.

e.       Melakukan evaluasi

Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.[5]

Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada ketrampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah kemudian diikuti proses pencarian informasi yang bersifat student centered. PBL bertujuan agar siswa mampu memperoleh dan membentuk pengetahuannya secara efisien, konstektual dan terintegrasi. Model pembelajaran ini dapat dikatakan sering digunakan oleh para guru. Salah satunya pada mata pelajaran fisika. Banyak sekali materi fisika yang bisa dipelajari menggunakan model PBL. Karena pendidikan fisika didasarkan pada  praktek dan interpretasi, yakni sangat berhubungan dengan kehidupan nyata, dan pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi hubungan keduanya sehingga kita akan banyak menemukan berbagai masalah yang dapat dikaitkan dengan materi fisika. Salah satu contohnya adalah ketika kita mengamati segala hal di bumi ini, akan terlihat bahwa semua berpijak pada bumi. Tak ada satu pun yang melayang layang atau terlepas dari tanah. Hal itu dikarenakan adanya gaya gravitasi bumi. Sehingga benda apapun yang dilemparkan ke atas akan berhenti pada titik ketinggian tertentu kemudian jatuh menuju pusat bumi. Dari satu masalah tersebut akan muncul berbagai pertanyaan yang dapat dianalisa dan dipecahkan menggunakan konsep konsep fisika.

Dari masalah masalah sederhana yang dapat diamati di lingkungan sekitar itu, siswa diharapkan dapat menganalisa dan mengkaitkan masalah –masalah tersebut dengan konsep fisika menggunakan  kemampuan nalar atau keterampilan berfikir siswa itu sendiri. Terntu saja, siswa tidak dibiarkan memecahkan masalah tersebut sendirian hanya saja guru juga tidak berperan secara aktif memberikan solusi solusi dari setiap masalah yang diberikan, namun guru berperan sebagai fasilitator untuk kelancaran proses pembelajaran.

Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara individu maupun secara kelompok (dalam Abbas, 2000:12).

Menurut Ibrahim (2003: 15), di dalam kelas PBL, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBL antara lain :

1. Mengajukan masalah atau mengorientasi siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan sehari-hari,

2. Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengmatan atau melakukan eksperimen,

3. Memfasilitasi dialog siswa,

4. Mendukung belajar siswa.

Pembelajaran Berbasis Masalah cukup tepat untuk merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan fisika (Tobin, 1986; AAAS, 1993). Sekarang ini, pendidik banyak menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam pendidikan fisika. Dalam penerapan model pembelajaran ini, ada beberapa tahap yang harus dilalui guru agar model pembelajaran ini berjalan dengan baik dan sukses.

Tahap

Tindakan Guru

Tahap-1

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi Fisika, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan materi fisika yang sedang diajarkan, demonstrasi, atau crita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dalam masalah tersebut.

Tahap-3

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan materi fisika yang berkaitan dengan masalah yang sudah diberikan, melaksanakan ekspeperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Guru membantu siswa untuk melaksanakan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka terhadap masalah yang diberikan dan proses-proses yang mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

 

Metode pembelajaran berbasis masalah ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tobin, sangat tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran fisika, karena dengan mengaitkan masalah-masalah di kehidupan sehari-hari yang mana fenomena-fenomena alam disekitar kita sangat erat kaitannya dengan fisika, akan membuat siswa lebih aktif dan mandiri untuk memecahkan masalah yang ada karena masalah yang disajikan dapat ia lihat dan rasakan secara nyata. Sehingga, proses pembelajaran Fisika menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya sebagai berikut :

1.      Siswa  mampu mengingat lebih baik informasi dan pengetahuan yang di dapatkannya dari disajikannya masalah-masalah fisika dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan keterampilan komunikasi

3.      Mengembangkan pengetahuan.

4.      Menikmati belajar fisika, karena tidak melulu dihadapkan dengan soal-soal dan rumus-rumus saja.

5.      Siswa saling menghargai pendapat orang lain karena bekerja secara kelompok, dan mampu untuk bekerjasama. [6]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 

PBL dimaknai sebagai suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menggunakan masalah riil atau masalah yang di simulasikan oleh guru sebagai dasar dalam penyampaian kandungan materi suatu mata pelajaran.

Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada ketrampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Muniroh. 2015. Academic Engagement.Yogyakarta: LKIS.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kecana.

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media



[1] Muniroh, Academic Engagement, (Yogyakarta: LKIS, 2015), hlm 37-38

[2] Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm 242.

[3] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kecana, 2007), hlm 215.

[4] Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm 243.

[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kecana, 2007), hlm 218.

[6] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm 215-223.


Komentar

Postingan Populer