MAKALAH PENDEKATAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY (SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan di era globalisasi saat ini ilmu pengetahuan telah berkembang
dengan sangat pesat dan memberi dampak terhadap hampir ke setiap aspek dalam
kehidupan. Diantara berbagai bidang yang berpengauh oleh masalah tersebut,
bidang pendidikan berhadapan langsung dengan kemajuan tersebut dan harus bisa
menyesuaikan serta mengantisipasinya. Atas dasar inilah berbagai faktor yang
berperan dalam pendidikan, khususnya dalam ilmu sains harus senantiasa tanggap
dan siap untuk dapat mengikuti perkembangan zaman. Dengan kata lain dalam
mengantisipasi kemajuan sains dan teknologi perlu dilakukan berbagai pembaharuan dan perbaikan dalam
dunia pendidikan, khususnya pendidikan sains.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang (UU RI No.2 Ttahun 1989, Bab I, Pasal I). Pendidikan adalah
suatu proses dalam rangka menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan pada dirinya
(Hamalik, 2001:44)
Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan
cara yang sistematik dan dapat diuji dan dibuktikan kebenarannya. Pembelajaran ilmu
sains, seharusnya diciptakan suatu konsisi agar peserta didik aktif untuk ingin
tahu terhadap permasalahan alam sekitar, sehingga peserta didik dapat menggali
potensi-potensi yang ada dalam dirinya untuk dikembangkan dan pontensi peserta
didik nanti akan mampu mengatasi setiap tantangan dalam kehidupan yang berubah
dengan sangat cepat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi.
Untuk mempelajari suatu materi sains yang baru, pengalaman belajar
akan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Apalagi diajarkan dengan
cara yang tepat dan akan berpengar terhadap terjadinya proses belajar, misalnya
diajarkan dengan menggunakan pendekatan S-T-S atau pendekatan Sains Technology
Society (Sains tekonologi masyarakat). Pada pendekatan ini peserta ddik
dihadapkan pada suatu masalah yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai akibat
perkembangan sains atau penggunaan teknologi yang berdampak pada lingkungan
sekitar. Dalam pendekatan ini diharapkan peserta didik mampu mengamati alam
sekitar dan mencari solusi serta dapat mengatasi dampak yang diberikan oleh
perkembangan teknologi terhadap alam sekitar dengan menggunakan dasar atau
penerapan prinsip-prinsip sains.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari pendekatan S-T-S ?
2.
Apa
saja karateristik dari pendekatan S-T-S ?
3.
Apa
saja tahap-tahap untuk melakukan pendekatan S-T-S ?
4.
Apa
saja yang termasuk sumber belajar ?
5.
Apa
saja kelebihan serta kekurangan pendekatan S-T-S ?
6.
Apa
keterkaitan antara sins, teknologi dan masyrakat ?
7.
Materi
Fisika apa yang bisa menggunakan pendekatan S-T-S ?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan
pendekatan S-T-S.
2.
Mengetahui
karakteristik pendekatan S-T-S.
3.
Mengetahui
tahap-tahap pendekatan S-T-S.
4.
Mengetahui
apa saja yang termasuk sumber belajar.
5.
Mengetahui
kelebihan serta kekurangan pendekatan S-T-S.
6.
Mengetahui
keterkaitan antara sains, teknologi dan masyarakat.
7.
Mengetahui
materi fisika yang bisa menggunakan pendekatan S-T-S.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian Pendekatan S-T-S
Pendekatan S-T-S
(Science, Technology and Society) atau di Indonesia dikenal dengan SALINGTEMAS
atau sains lingkungan teknologi masyrakat dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains, teknologi
dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak
lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Pendekatan
SALINGTEMAS dibangun atas dasar prinsip-prinsip serta upaya implementasi dalam
kehidupan nyata yang berbasis sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Pendekatan S-T-S
tersusun melalui penelitian longitudinal yang dilakukan pada tahun 1978,
kunjungan ke berbagai negara dalam tahun 1985, diskusi dengan para pakar
teknologi di Paris pada tahun 1993, diskusi dengan para anggota Satuan Tugas
Literasi sains dan Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan, hasil penelitian skripsi, tesis dan disertasi di Universitas
Pendidikan Indonesia serta dukungan dari Direktur Program Pascasarjana sehingga
dapat diadaptasi pada pendidikan di Indonesia. Adapun tujuan pendekatan
pembelajaran ini ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains
dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan
lingkungannya.[1]
Seseorang yang
memiliki literasi sains dan teknologi, adalah yang memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam
pendidikan sesuai jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya
beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya,
kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil
keputusan bedasarkan nilai.
B.
Karateristik Pendekatan STS
Menurut Yager
(Fajar,2004:25) dalam program-program S-T-S pada umummnya mempunyai
karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Identifikasi
Masalah-masalah setempat.
2.
Penggunaan
sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3.
Keikutsertaan
yang aktif dari peserta didik dalam mencari informask untuk memecahkan masalah.
4.
Perpanjangan
pembelajaran di luar dan dalam sekolah.
5.
Fokus
kepada dampak sains dan teknologi terhadap peserta didik.
6.
Satu
pandangan bahwa isi di mana peerta didik dapat menggunakan dalam memecahkan
masalah.
7.
Penekanan
pada keterampilan proses di mana peserta didik dapat menggunakan dalam
memecahan masalah.
8.
Penekanan
pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9.
Kesempatan
bagi peserta didik untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana
sains dan teknologi berdampak di masa depan.
C.
Tahap-tahap Pendekatan S-T-S
1.
Tahap
Pendahuluan
Tahap pendahuluan atau bisa disebut juga dengan
inisiasi/invitasi/apersepsi. Pada tahap ini, dimulai dengan mengemukakan isu
atau masalah dalam masyarakat yang dapat digali dari diri siswa yaitu membuka
wawasan peristiwa atau fenomena yang terjdi di sekitarnya, seperti contoh
adalah memancing pengetahuan peserta didik tentang sumber energi di sekitarnya.
Pada dasarnya apersepsi merupakan proses asosiasi ide baru dengan yang sudah
dimiliki sebelumnya oleh seseorang.
2.
Tahap
Pembentukan dan Pengembangan Konsep
Guru
dan peserta didik mengidentifikasi daerah sekitar penyelidikan. Pada tahap ini
ada kemungkinan berangsur-angsur peserta didik menyadari bahwa konsep uang
dimiliki sebelumnya kurang tepat. Perubahan konsepsi ini dapat juga terjadi
setelah seseorang berdialog dengan diri sendiri
seusai pembelajaran di sekolah. Pada akhir tahap ini, diharapkan melalui
konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau merupakan
konsep-konsep para ilmuwan.
3.
Tahap
Aplikasi Konsep dalam Kehidupan
Berbekal
pemahaman konsep yang benar peserta didik melakukan analisis isu atau
penyelesaian masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan.
Konsep-konsep yang telah dipahami peserta didik dapat diaplikasikan dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
4.
Tahap
Pemantapan Konsep
Pada
tahap-2 dan tahap-3 guru perlu meluruskan jika ada miskonsepsi selama kegitan
belajar berlangsung. Kegiatan ini disebut pemantapan konsep. Apabila selama
proses pemebentukan konsep tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada
peserta didik, demikian pula setelah akhir analisis isu dan dan penyelesaian
masalah, guru tetap perlu melakukan pemantapan konsep sebagaimana tampak pada
alur pembelajaran melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting
diketahui dalam bahan kajian tetentu.
5.
Tahap
penilaian
Peserta didik yang dibimbing oleh guru mengugkapkan konsep yang
dipelajarinya. Peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,
kemudian peserta didik mengemukakan kesimpulan yang didapat dari pelajaran.
Siswa menegrjakan soal-soal yang telah disiapkan oleh guru dan soal itu adalah
sebagai pengukur hasil belajar kognitif siswa dlam pembelajaran dengan model
pembelajaran ini.
D.
Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala tempat
atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang memiliki informasi dan dapat
digunakan sebagai wahana bagi siswauntuk melakukan proses perubahan tingkah
laku (direktorat pembinaan SMA 2010: 26). Sumber belajar terdiri dari beberapa
jenis antara lain:
a.
Tempat
atau lingkungan alam sekitar yaitu tempat seseorang dapat melakukan belajar
atau proses perubahan tingkah laku misalnya perpustakaan, pasar, museum,
sungai, gunung, dan bendungan.
b.
Benda
yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi
siswa. Misalnya candi, dan benda peninggalan lainnya.
c.
Orang
yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana siswa dapat belajar
sesuatu. Misalnya guru, polisi, dokter, dan ahli-ahli lainnya.
d.
Bahan,
yang dimaksud bahan adalah segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak,
rekaman elektronik, web, blog, dan lainya yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar.
e.
Buku,
yang dimaksud buku adalah segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri
oleh siswa.
f.
Peristiwa
dan fakta yang sedang terjadi, misalnya bencana alam, kerusuhan, dan yang
lainnya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
E.
Keterkaitan Sains Teknologi dan Masyarakat
Pada istilah STM (S-T-S) terdapat
tiga kata , yaitu sains, teknologi, dan masyarakat. Hungerford, Volk dan Ramsey
dalam La Maronta Galib dalam Ariani (2006 :11), menyatakan bahwa sains adalah
(1) proses memperoleh informasi melalui metode empiris (empirical method); (2)
informasi yang diperoleh melalui pendidikan yang telah ditata secara logis dan
sistematis; dan (3) kombinasi proses berfikir kritis yang menghasilkan
informasi yang dapat dipercaya dan falid. Dapat disimpulkan bahwa sains adalah
rangkaian kegiatan ilmiah atau hasil-hasil observasi terhadap fenomena alam
untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah (scientivic knowlege) yang biasa disebut
sebagai produk sains.
Kata kedua dari STM adalah
teknologi. Menurut fischer (1975) dalam La Maronta Galib Ariani (2006 :11)
teknologi adalah keseluruhan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mengadakan
benda-benda agar memperoleh kenyamanan dan makanan. Sementara itu, menurut Hunt
dan Solomon (1992) menyatakan bahwa teknologi merupakan keahlian, mesin-mesin
besar atau teknologi tinggi (misalnya komputer dan robot) dan proses
keterampilan. Teknologi sebagai suatu keahlian, artinya melibatkan keterampilan
fisik(tangan) dan memerlukan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan perancangan,
pengembangan, dan membuahkan hasil yang bermanfaat untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Kata terakhir dalam STM adalah
masyarakat (sociaty). Aikenhed (1992) dalam La Maronta Galib dalam Ariani (2006
:12), menyatakan bahwa masyarakat mengandung pengertia lingkungan pergaulan
sehari-hari, pranata sosial, aspek-aspek sosial budaya, dan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat. Dengan demikian, secara kon septual pendekatan STM
dapat dikaitkan dengan asumsi bahwa sains teknologi, dan masyarakat memiliki
hubungan timbal balik, saling mengisi, saling tergantung, saling mempengaruhi
dan mendukung dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan membuat
kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan mudah. teknologi berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, dan masyarakat berperan penting
dalam perkembangan sains dan teknologi. Menempatkan pembelajaran sains dalam
konteks lingkungan dan kehidupan masyarakat akan membuat sains dan teknologi
akan lebih dekat dan relevan dengan kehidupan siswa. Maka dari itu pendekatan
STM perlu diterapkan dalam pembelajaran disekolah agar siswa merasa apa yang
dipelajari dapat berguna dalam kehidupannya, dan siswa dapat menjadi partisipan
aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dimasyarakat.
F.
Kelebihan dan Kekurangan Pedekatan STS
Pendekatan STS memiliki kelebihan
serta kekurangan dalam pelaksanaanya. Kelebihan pendekatan STS antara lain
adalah membantu peserta didik untuk mampu menghubungkan realitas sosial dengan
topik pembelajaran di dalam kelas, membantu peserta didik mampu menggunakan
berbagai jalur/perspektif untuk mensikapi berbagai isu/situasi yang berkembang
di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan membantu peserta didik sebagai
warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.
Kelemahan-kelemahan pendekatan STS
adalah pengaturan waktu dalam pembelajaran karena memakan waktu lebih lama bila
dibandingkan dengan model lainnya dan
sulitnya untuk menentukan materi yang akan dibahas karena tidak semua materi bisa diajarkan
dengan model ini.[3]
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Aplikasi
Pendekatan S-T-S pada Materi Fisika
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dihubungkan
dengan menggunakan metode sains teknologi masyarakat. Metode sains teknologi
masyarakat tidak hanya mengembangan pengetahuan afektif dan kognitif melalui
soal-soal latihan, melainkan dapat mengembangkan kemampuan psikomotor siswa
melalui kegiatan ilmiah. Seperti dikatakan Anna Poedjiadi (2010: 124),
pembelajaran menggunakan sains teknologi masyarakat dapat mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dengan harapan dapat
diaplikasikan dengan kehidupan sehari-hari. Penerapan metode sains teknologi
masyarakat sebagai kerangka dasar dalam pembuatan modul diharapkan dapat
digunakan untuk mempermudah penyampaian materi fisika kepada siswa.
Penyampaian materi fisika tidak hanya melihat dari segi kemajuan
sains dan perkembangan teknologi, tetapi perlu dilengkapi dengan moralitas dan
akhlak yang baik. Seperti dikatakan Anna Poedjiadi (2010 :97), faktor utama
yang diperlukan untuk melengkapi kemajuan sains maupun teknologi adalah
moralitas manusia. Melalui penanaman aspek moral diharapkan siswa mampu menilai
dampak positif dan negatif kemajuan teknologi. Salah satu upaya untuk
merealisasikannya adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlak dan keagamaan
melalui proses integrasi interkoneksi al-Qur’an dan maknanya. Dalam konteks
pembelajaran disiplin ilmu sains, proses integrasi-interkoneksi dapat diajarkan
melalui pembelajaran fisika dikelas.
Materi fisika yang dapat menggunakan pendekatan S-T-S ialah materi
tentang Hukum Pascal. Prinsip kerja Hukum Pascal banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti dongkrak hidrolik. Dongkrak hidrolik teerdiri
atas dua bejana berhubungan terbuat dari bahan yang kuat misalnya besi,
penghisap kecil dan penghisap besar, dan minyak pengisi bejana.adapun cara
kerjanya yaitu ketika sebuah gaya diberikan melalui tuas dongkrak untuk menekan
penghisap kecil, maka akan timbul tekanan pada penghisap kecil. Tekanan ini
akan diteruskan oleh minyak ke segala arah. Karena bejana terbuat dari bahan
yang kuat, gaya ini tidak cukup untuk mengubah bentuk bejana, satu-satunya
jalan, tekanan akan diteruskan ke penghisap besar sehingga mobil dapat
terangkat.
BAB
IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pendekatan S-T-S (Science, Technology and Society) atau di
Indonesia dikenal dengan SALINGTEMAS atau sains lingkungan teknologi masyrakat
dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan
pemahaman tentang kaitan antara sains, teknologi dan masyarakat, melatih
kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan
sains dan teknologi.
Pendekatan S-T-S memiliki kelebihan serta kekurangan dalam
pelaksanaanya. Kelebihan pendekatan S-T-S antara lain adalah membantu peserta
didik untuk mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di
dalam kelas, membantu peserta didik mampu menggunakan berbagai jalur/perspektif
untuk mensikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan
pandangan ilmiah, dan membantu peserta didik sebagai warga masyarakat yang
memiliki tanggung jawab sosial. Kelemahan-kelemahan pendekatan S-T-S adalah
pengaturan waktu dalam pembelajaran karena memakan waktu lebih lama bila
dibandingkan dengan model lainnya dan
sulitnya untuk menentukan materi yang akan dibahas karena tidak semua materi bisa diajarkan
dengan model ini.
Materi fisika yang dapat menggunakan pendekatan S-T-S ialah materi
tentang Hukum Pascal. Prinsip kerja Hukum Pascal banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti dongkrak hidrolik. Dongkrak hidrolik teerdiri
atas dua bejana berhubungan terbuat dari bahan yang kuat misalnya besi,
penghisap kecil dan penghisap besar, dan minyak pengisi bejana.adapun cara
kerjanya yaitu ketika sebuah gaya diberikan melalui tuas dongkrak untuk menekan
penghisap kecil, maka akan timbul tekanan pada penghisap kecil. Tekanan ini
akan diteruskan oleh minyak ke segala arah. Karena bejana terbuat dari bahan
yang kuat, gaya ini tidak cukup untuk mengubah bentuk bejana, satu-satunya
jalan, tekanan akan diteruskan ke penghisap besar sehingga mobil dapat
terangkat.
DAFTAR PUSTAKA
Chadidjah, Aprliana Landini. 2013. “Fisika- Modul Pembelajaran”,
dalam Skripsi Pengembangan
Modul Fisika
Bebasis STM ( Sains Teknologi Masyarakat ) dengan Konten Integrasi
Interkoneksi
Materi Fluida Kelas XI SMK. September 2017.
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta :
Bumi Aksara.
Khasanah, Nur. 2015. “SETS (Science, Environmental, Technology and
Society) sebagai
Pendekatan Pembelajaran IPA Modern pada Kurikulum 2013”. Dalam
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id.
Poedjiadi, Anna. 2010. Sains Teknologi Masyrakat: Model
Pembelajaran Konstektual Bermuatan
Nilai. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prihantoro, Iwan. 2012. “Sains Pembelajaran”, dalam Skripsi
Pengaruh ModelPembelajaran Sains
Teknologi
Masyarakat (S-T-M) Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa Kelas VIII MTsN
Manyaran Tahun
Ajaran 2010/2011. September 2017.
[1] Prof.
Dr. Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran
Konstektual Bermuatan Nilai(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 123.
[2] Ibid.
[3] Prof.
Dr. Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran
Konstektual Bermuatan Nilai(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 137.
Komentar
Posting Komentar